Sensus Penduduk Ungkap 30 Juta Pria Lajang di China Cari Istri

Rabu, 26 Mei 2021 19:43 WIB

Share
Ilustrasi warga China
Ilustrasi warga China

CHINA, POSKOTASULSEL.CO.ID - Kebanyakan warga China menginginkan anak laki-laki dalam keluarga mereka. Kondisi ini membuat negara tersebut punya setidaknya 30 juta pria lajang alias belum menikah.

Kebijakan satu anak yang diterapkan di China pada 1979 dan ditarik pada 2016, telah memperburuk praktik aborsi berdasarkan jenis kelamin.

Data ini diungkap lewat sebuah sensus per dekade di China pada 2020 lalu. Sensus itu juga menyebut bahwa ada peningkatan jumlah anak perempuan yang dilahirkan dalam kurun waktu tersebut dibanding dengan sebelumnya.

Menurut sensus penduduk nasional ketujuh China, seperti yang diumumkan oleh Biro Statistik Nasional pekan lalu, dari 12 juta bayi yang lahir tahun lalu terdapat 111,3 anak laki-laki untuk setiap 100 anak perempuan. Dalam studi nasional sebelumnya, yang diselesaikan pada tahun 2010, rasionya adalah 118,1 berbanding 100.

Angka-angka tersebut menggarisbawahi keinginan umum keluarga China untuk memiliki anak laki-laki daripada anak perempuan.

"Biasanya di China, pria menikahi wanita yang jauh lebih muda dari mereka, tetapi seiring bertambahnya usia penduduk, ada lebih banyak pria yang lebih tua, yang menambah besar situasinya," kata Stuart Gietel-Basten, Profesor ilmu sosial dan kebijakan publik di Universitas Sains Teknologi Hong Kong dikutip dari South China Morning Post.

"Selain itu, lebih banyak wanita yang melajang lebih lama, sehingga sistem perkawinan terbalik."

Namun dengan statistik 30 juta pria lajang yang menikah ini ada masalah yang muncul. Bjoern Alpermann, seorang profesor studi Cina kontemporer di Universitas Julius Maximilian di Würzburg di Jerman, mengatakan bahwa pada saat bayi yang lahir tahun lalu mencapai usia perkawinan, akan ada kekurangan besar calon pengantin.

"Dari 12 juta bayi yang lahir tahun lalu ini, 600.000 anak laki-laki tidak akan dapat menemukan pasangan hidup yang seusia mereka ketika mereka dewasa."

Hal ini juga diungkapkan oleh profesor demografi di Universitas Xian Jiaotong Jiang Quanbao.

Halaman
Reporter: Baharuddin Arifin
Editor: Baharuddin Arifin
Sumber: CNN Indonesia
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar
Berita Terpopuler